• RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Thumbnail Recent Post

Recent Comments

Posted by blog e jihad cah SMANSA - - 0 komentar

 

Agama Islam adalah kebenaran mutlak, adapun selain Islam adalah
kekufuran. Siapa pun yang enggan untuk beragama dengan Islam yang
diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam maka ia
kafir.
Namun kebenaran mutlak ini ditolak oleh para thaghut pluralis dan
inklusif Paramadina, JIL dan yang lainnya dengan memaksakan agar Islam
jangan merasa benar sendiri tapi perlu melihat kebenaran pada agama
lain.
Seperti tulisan Budhy Munawar Rahman, pengajar filsafat di Universitas
Paramadina Jakarta, yang dimuat dalam situswww.Islamlib.com, 13
Januari 2002, berjudul Memudarnya Kerukunan Hidup Beragama, Agama-
agama Harus Berdialog dan juga di harian Republika, 24 Juni 2000,
berjudul Mengembalikan Kerukunan Umat Beragama.
Dalam tulisannya, ia memaksakan teologi pluralis dengan melihat agama-
agama lain sebanding dengan agama Islam, dan juga terhadap ayat Allah
yang menunjukkan agama yang Allah terima dan Allah ridhai hanyalah
agama Islam (Ali Imran: 19 dan 85).
Diajaknya orang-orang untuk membaca ayat ini dengan semangat inklusif,
semangat agama universal dengan memaknakan Islam sebagai agama yang
penuh kepasrahan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga semua agama
bisa dimasukkan ke dalamnya asalkan berpasrah diri kepada Allah.

Demikian juga Muhammad Ali, dosen IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang membuat tulisan di harian Republika (14 Maret 2002) berjudul
Hermenetika dan Pluralisme Agama.
Ia mengajak orang agar tidak memahami ayat Allah dalam surat Ali Imran
ayat 19 dan 85 dalam bingkai teologi eksklusif yakni keyakinan bahwa
jalan kebenaran dan jalan keselamatan bagi manusia hanyalah dapat
dilalui melalui jalan Islam. Tapi ayat ini harus dipahami dengan
teologi pluralis dan teologi inklusif.

Nurcholish pernah mengucapkan kalimat yang "seolah itu benar" namun
sebenarnya batil dan sesat-menyesatkan : "Kendatipun cara, metode atau
jalan keberagamaan menuju Tuhan berbeda-beda, namun Tuhan yang hendak
kita tuju adalah Tuhan yang sama, Allah Yang Maha Esa." Kalimat ini
menunjukkan ia mengakui keberadaan semua agama dan menyejajarkannya
satu sama lain sehingga Islam sama dengan Nashrani, Hindu, Buddha,
Majusi, Shinto, Konghuchu!! Karena semua agama itu menuju Tuhan walau
jalan yang ditempuh berbeda (Ulil Abshar Abdalla; Menyegarkan Kembali
Pemahaman Islam, Kompas, 18 Nov. 2002 dan situs islamlib.com).
Wal'iyadzu billah.

Orang-orang ini enggan untuk mengibarkan bendera permusuhan dengan
kaum kafirin dari kalangan Yahudi dan Nashrani, dan enggan pula
menganggap salah agama selain Islam.
Diantara sebabnya, ketika mereka berhadapan dengan ayat Allah:

æóáóäú ÊóÑúÖóì Úóäúßó ÇáúíóåõæÏõ æóáÇó ÇáäøóÕóÇÑóì ÍóÊøóì ÊóÊøóÈöÚó
ãöáøóÊóåõãú
"Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan ridha kepadamu sampai
engkau mau mengikuti agama mereka." (Al-Baqarah: 120)

Maka disimpulkan oleh Quraisy Shihab bahwa ayat di atas dikhususkan
kepada orang-orang Yahudi dan umat Nashrani tertentu yang hidup pada
zaman Nabi, dan bukan kepada umat Nashrani dan Yahudi secara
keseluruhan
(Pluralitas Agama Kerukunan dalam Keragaman, hal. 26).
Sementara diijinkannya memerangi orang kafir bukan diperuntukkan
terhadap umat Nashrani dan yang semacamnya yang termasuk Ahli Kitab.

Buku Fiqih Lintas Agama Ingin Memberangus Islam:
Para thaghut ini sangat menentang syariat Islam karena menurut mereka
akan mendiskreditkan penganut agama lain dan juga mereka beranggapan
hukum Islam itu menzalimi kaum wanita, bertentangan dengan HAM, tidak
manusiawi seperti hukum rajam, dibolehkannya perbudakan dan masalah
waris (Islam Liberal Paradigma Baru Wacana dan Aksi Islam Indonesia,
Zuly Qodir, hal. 187-192, Pustaka Pelajar, 2003, dan tulisan-tulisan
diwww.islamlib.com).
Kerja sesat mereka tidak sampai di situ. Dengan beraninya mereka
membatalkan hukum Islam dengan logika mereka yang dangkal, kemudian
lahirlah buku buhul-buhul setan karya mereka seperti Fiqih Lintas
Agama (FLA) yang diterbitkan Yayasan Wakaf Paramadina bekerjasama
dengan yayasan kafirin The Asia Foundation yang berpusat di Amerika.
Dalam buku yang sangat jauh dari ilmiah ini, mereka menggugat hukum
Islam yang kata mereka terkesan eksklusif dan merasa benar sendiri.
Mereka permainkan ayat-ayat Al-Qur'an (hal. 20-21, 49, 214, 249),
menolak hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang
tidak sesuai dengan semangat pluralisme inklusivisme mereka (hal.
70-71)
Mereka mencaci maki Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, shahabat
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang membawakan hadits
tersebut (hal. 70), mengecam para imam salaf seperti Al-Imam Syafi'i
(hal. 5, 167-168) dan memanipulasi ucapan ulama seperti Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyyah dan ditarik-tarik agar menyepakati kemauan mereka
(seperti pada hal. 55).

Bahkan mereka mengusung hak kafirin untuk menghadang syariat Islam dan
membela orang kafir mati-matian, sehingga mereka pun menyatakan boleh
mengucapkan salam kepada non muslim (hal. 66-78), boleh mengucapkan
selamat Natal dan selamat hari raya agama lain (hal. 78-85), boleh
menghadiri perayaan hari-hari besar agama lain (hal. 85-88), bolehnya
doa bersama antar pemeluk agama yang berbeda (hal. 89-107), bolehnya
wanita muslimah menikah dengan laki-laki kafir (hal. 153-165),
bolehnya orang kafir mewarisi harta seorang muslim (waris beda agama)
(hal. 165-167), serta sejumlah kesesatan dan kekufuran berfikir
lainnya.

Betapa para thaghut penulis buku yang sesat ini memperjuangkan mati-
matian teologi pluralisme, ajaran mempersamakan semua agama, seolah
teologi ini tak dapat ditawar, sehingga syariat Islam yang tidak
toleran dengan teologi ini berusaha mereka kebiri.
Betapa tidak tolerannya buku sesat ini terhadap aqidah Islamiyyah yang
menetapkan kebenaran hanya pada agama Islam, sementara di luar Islam
adalah agama kekafiran.
Betapa tidak tolerannya buku buhul-buhul setan ini terhadap ketetapan
syariat Islam, bahkan berupaya memberangus dan membumihanguskan
syariat Islam yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Sebaliknya buku ini sangat toleran kepada musuh-musuh Islam!!!

Demikianlah lolongan para thaghut tersebut, yang pada intinya ingin
menyatakan bahwa kebenaran tidak hanya pada Islam saja sehingga jangan
merasa benar sendiri.
Lolongan ini sebetulnya hanya mengikuti dan melanjutkan pendahulunya:
Harun Nasution, Semoga Laknat Allah baginya selamanya, yang telah
lebih dulu menyatakan dengan lolongannya: "Mencoba melihat kebenaran
yang ada di agama lain." (Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan
Pemikiran, hal.275, Mizan, 1998).
Sehingga perlu dan wajib bagi kita untuk membungkam lolongan mulut
kotor para thaghut pluralis ini yang sudah memakan banyak korban
akibat mendengarkan lolongan mereka, dengan kita mendatangkan
kebenaran dari Islam berupa nash-nash yang di dalamnya mengandung
kebenaran dan hujjah.

Yahudi dan Nashrani Kafir Selama-lamanya

Adapun Yahudi dan Nashrani tidak kita sangsikan bahwa mereka adalah
orang-orang kafir sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

áóÞóÏú ßóÝóÑó ÇáøóÐöíúäó ÞóÇáõæúÇ Åöäøó Çááøóåó åõæó ÇáúãóÓöíúÍõ ÇÈúäõ
ãóÑúíóãó æóÞóÇáó ÇáúãóÓöíúÍõ íóÇÈóäöíú ÅöÓúÑóÇÆöíúáó ÇÚúÈõÏõæÇ Çááøóåó
ÑóÈøöíú æóÑóÈøóßõãú Åöäøóåõ ãóäú íõÔúÑößú ÈöÇááøóåö ÝóÞóÏú ÍóÑøóãó
Çááøóåõ Úóáóíúåö ÇáúÌóäøóÉó æóãóÃúæóÇåõ ÇáäøóÇÑõ æóãóÇ áöáÙøóÇáöãöíúäó
ãöäú ÃóäúÕóÇÑò. áóÞóÏú ßóÝóÑó ÇáøóÐöíúäó ÞóÇáõæúÇ Åöäøó Çááøóåó
ËóÇáöËõ ËóáÇóËóÉò æóãóÇ ãöäú Åöáóåò ÅöáÇøó Åöáóåñ æóÇÍöÏñ æóÅöäú áóãú
íóäúÊóåõæúÇ ÚóãøóÇ íóÞõæúáõæúäó áóíóãóÓøóäøó ÇáøóÐöíúäó ßóÝóÑõæúÇ
ãöäúåõãú ÚóÐóÇÈñ Ãóáöíúãñ

"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya
Allah ialah Al-Masih putera Maryam, padahal Al-Masih sendiri berkata:
Wahai Bani Israil, beribadahlah kalian kepada Tuhanku dan Tuhan
kalian. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah,
maka pasti Allah mengharamkan surga kepadanya dan tempatnya ialah
neraka. Dan tidak ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolongpun.
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: Allah adalah salah
satu dari tuhan yang tiga (trinitas), padahal sekali-kali tidak ada
sesembahan yang berhak untuk disembah selain sesembahan yang satu.
Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti
orang-orang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih."

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang Yahudi:

æóÞóÇáõæúÇ ÞõáõæúÈõäóÇ ÛõáúÝñ Èóáú áóÚóäóåõãõ Çááøóåõ ÈößõÝúÑöåöãú
ÝóÞóáöíúáÇð ãóÇ íõÄúãöäõæúäó. æóáóãøóÇ ÌóÇÁóåõãú ßöÊóÇÈñ ãöäú ÚöäúÏö
Çááøóåö ãõÕóÏøöÞñ áöãóÇ ãóÚóåõãú æóßóÇäõæúÇ ãöäú ÞóÈúáõ
íóÓúÊóÝúÊöÍõæúäó Úóáóì ÇáøóÐöíúäó ßóÝóÑõæúÇ ÝóáóãøóÇ ÌóÇÁóåõãú ãóÇ
ÚóÑóÝõæúÇ ßóÝóÑõæúÇ Èöåö ÝóáóÚúäóÉõ Çááøóåö Úóáóì ÇáúßóÇÝöÑöíúäó.
ÈöÆúÓóãóÇ ÇÔúÊóÑóæúÇ Èöåö ÃóäúÝõÓóåõãú Ãóäú íóßúÝõÑõæúÇ ÈöãóÇ ÃóäúÒóáó
Çááøóåõ ÈóÛúíðÇ Ãóäú íõäóÒøöáó Çááøóåõ ãöäú ÝóÖúáöåö Úóáóì ãóäú
íóÔóÇÁõ ãöäú ÚöÈóÇÏöåö ÝóÈóÇÁõæúÇ ÈöÛóÖóÈò Úóáóì ÛóÖóÈò
æóáöáúßóÇÝöÑöíúäó ÚóÐóÇÈñ ãõåöíúäñ. æóÅöÐóÇ Þöíúáó áóåõãú ÂãöäõæúÇ
ÈöãóÇ ÃóäúÒóáó Çááøóåõ ÞóÇáõæúÇ äõÄúãöäõ ÈöãóÇ ÃõäúÒöáó ÚóáóíúäóÇ
æóíóßúÝõÑõæúäó ÈöãóÇ æóÑóÇÁóåõ æóåõæó ÇáúÍóÞøõ ãõÕóÏøöÞðÇ áöãóÇ
ãóÚóåõãú Þõáú Ýóáöãó ÊóÞúÊõáõæúäó ÃóäúÈöíóÇÁó Çááøóåö ãöäú ÞóÈúáõ Åöäú
ßõäúÊõãú ãõÄúãöäöíúäó

"Dan orang-orang Yahudi berkata: Hati kami tertutup. Tetapi sebenarnya
Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka, maka sedikit
sekali mereka yang mau beriman. Dan setelah datang kepada mereka Al-
Qur'an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka (yaitu
berita dari Taurat akan datangnya Rasul terakhir beserta ciri-
cirinya), padahal sebelumnya mereka biasa memohon kedatangan Nabi
untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang
kepada mereka apa yang mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya.
Maka laknat Allah lah atas orang-orang yang ingkar tersebut. Alangkah
buruknya perbuatan mereka yang menjual diri mereka sendiri dengan
mereka mengkafiri apa yang telah diturunkan Allah karena dengki bahwa
Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya
diantara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka di atas
kemurkaan yang telah mereka dapatkan. Dan untuk orang-orang kafir
siksaan yang menghinakan. Apabila dikatakan kepada mereka: Berimanlah
kepada Al-Qur'an yang diturunkan Allah, mereka berkata: Kami hanya
beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami. Dan mereka kafir
kepada Al-Qur'an yang diturunkan sesudahnya, sedang Al-Qur'an adalah
kitab yang haq, yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah:
Mengapa kalian dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kalian itu
orang-orang yang beriman?"

Demikian pula pernyataan Rasulullah Subhanahu wa Ta'ala sebagaimana
hadits yang telah disebutkan di atas beserta penjelasannya.

Yahudi dan Nashrani memiliki kitab yang diturunkan dari langit (kitab
samawi), Taurat dan Injil, sehingga mereka digelari ahlul kitab. Akan
tetapi, karena mereka enggan beriman kepada Al-Qur'an dan enggan
tunduk kepada syariat yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam maka mereka kafir.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

áóãú íóßõäö ÇáøóÐöíúäó ßóÝóÑõæúÇ ãöäú Ãóåúáö ÇáúßöÊóÇÈö
æóÇáúãõÔúÑößöíúäó ãõäúÝóßøöíúäó ÍóÊøóì ÊóÃúÊöíóåõãõ ÇáúÈóíøöäóÉõ
"Orang-orang kafir dari ahlul kitab dan musyrikin mengatakan bahwa
mereka tidak akan meninggalkan agama mereka sebelum datang kepada
mereka bukti yang nyata." (Al-Bayyinah: 1)

Allah Subhanahu wa Ta'ala menegaskan kembali tentang kekafiran ahlul
kitab dan bahwa mereka itu adalah penghuni jahannam:

Åöäøó ÇáøóÐöíúäó ßóÝóÑõæúÇ ãöäú Ãóåúá#16; ÇáúßöÊóÇÈö æóÇáúãõÔúÑößöíúäó
Ýöíú äóÇÑö Ìóåóäøóãó ÎóÇáöÏöíúäó ÝöíúåóÇ ÃõæáóÆößó åõãú ÔóÑøõ
ÇáúÈóÑöíøóÉö

"Sesungguhnya orang-orang kafir dari ahlul kitab dan musyrikin tempat
mereka adalah di dalam neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya.
Mereka adalah seburuk-buruk makhluk." (Al-Bayyinah: 6)

Adapun kitab mereka sendiri telah diubah-ubah dengan tangan mereka dan
hal ini menambah kekufuran mereka, sehingga bagaimana mereka akan
dapat beriman dengan keimanan yang benar terhadap kitab yang
diturunkan kepada mereka? Allah Subhanahu wa Ta'ala menyatakan:

Ýóæóíúáñ áöáøóÐöíúäó íóßúÊõÈõæúäó ÇáúßöÊóÇÈó ÈöÃóíúÏöíúåöãú Ëõãøó
íóÞõæúáõæúäó åóÐóÇ ãöäú ÚöäúÏö Çááøóåö áöíóÔúÊóÑõæúÇ Èöåö ËóãóäðÇ
ÞóáöíúáÇð Ýóæóíúáñ áóåõãú ãöãøóÇ ßóÊóÈóÊú ÃóíúÏöíúåöãú æóæóíúáñ áóåõãú
ãöãøóÇ íóßúÓöÈõæúäó

"Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab
dengan tangan mereka sendiri (karangan mereka) lalu mereka katakan:
Ini dari Allah, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan yang sedikit
dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat
dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang
besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan." (Al-
Baqarah: 79)

Yahudi dan Nashrani adalah Orang-orang yang Dimurkai Allah dan
Disesatkan

Orang-orang Yahudi dinyatakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai
Al-Maghdhubu 'alaihim (yang dimurkai Allah) dan Nashrani sebagai Adh-
Dhallun (yang tersesat), sebagaimana dinyatakan dalam ayat terakhir
Surat Al-Fatihah:

ÇåúÏöäóÇ ÇáÕøöÑóÇØó ÇáúãõÓúÊóÞöíúãó. ÕöÑóÇØó ÇáøóÐöíäó ÃóäúÚóãúÊó
Úóáóíúåöãú ÛóíúÑö ÇáúãóÛúÖõæúÈö Úóáóíúåöãú æóáÇó ÇáÖøóÇáøöíúäó

"Tunjukkanlah kami kepada jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang
yang Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalannya orang-orang yang
dimurkai dan bukan pula jalannya orang-orang yang sesat." (Al-Fatihah:
6-7)

Diterangkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana
diriwayatkan dari sahabat 'Adi ibnu Hatim radhiallahu 'anhu di dalam
hadits yang panjang, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ÝóÅöäøó ÇáíóåõæúÏó ãóÛúÖõæúÈñ Úóáóíúåöãú æóÅöäøó ÇáäøóÕóÇÑóì ÖõáÇøóáñ

"Sesungguhnya Yahudi itu adalah yang dimurkai dan Nashara adalah orang-
orang yang disesatkan."

Imam ahli tafsir dan ahli hadits, Ibnu Abi Hatim, berkata: "Saya tidak
mendapatkan perselisihan diantara ahli tafsir bahwasanya al-maghdhub
'alaihim (di dalam ayat itu) adalah Yahudi dan adh-dhallun adalah
Nashara, dan yang mempersaksikan perkataan para imam tersebut adalah
hadits 'Adi bin Hatim." (Tafsir Ibnu Katsir, 1/40)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Kekafiran Yahudi pada
prinsipnya karena mereka tidak mengamalkan ilmu mereka. Mereka
mengetahui kebenaran namun tidak mengikutinya, baik dalam ucapan atau
perbuatan, ataupun sekaligus dalam ucapan dan perbuatan. Sementara
kekafiran Nashrani dari sisi amalan mereka yang tidak didasari ilmu,
sehingga mereka bersungguh-sungguh melaksanakan berbagai macam ibadah
tanpa didasari syariat dari Allah, serta berbicara tentang Allah tanpa
didasari ilmu." (Iqtidha Ash-Shirathil Mustaqim, hal.23, Darul Anshar
1423 H). Lihat pula keterangan dan pendalilan beliau yang lebih
panjang mengenai dimurkainya Yahudi dan disesatkannya Nashrani dalam
kitab tersebut (hal. 22-24).

Demikian sesungguhnya keadaan Yahudi dan Nashrani, sehingga setiap
kali shalat kaum muslimin meminta perlindungan dari mengikuti jalan
keduanya (jalannya Yahudi dan Nashrani) ketika mereka membaca ayat di
dalam surat Al-Fatihah tersebut.

Yahudi dan Nashrani adalah Kaum yang Terlaknat

Yahudi dan Nashrani telah dikafirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala
dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Demikian juga Allah
Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya melaknat mereka. Allah Subhanahu wa
Ta'ala berfirman:

áõÚöäó ÇáøóÐöíúäó ßóÝóÑõæúÇ ãöäú Èóäöí ÅöÓúÑóÇÆöíúáó

"Allah telah melaknat orang-orang kafir dari kalangan Bani Israil."
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

áóÚúäóÉõ Çááåö Úóáóì ÇáíóåõæúÏö æóÇáäøóÕóÇÑóì

"Laknat Allah atas kaum Yahudi dan Nashrani." (HR. Al-Bukhari no. 435
dan Muslim no. 531)

Dengan penjelasan di atas, bahwa Yahudi dan Nashrani adalah kaum yang
kafir, dimurkai dan terlaknat, dapatkah agama Islam disamakan dengan
agama Yahudi dan Nashrani, terlebih lagi dengan agama selain keduanya
yang tidak memiliki kitab samawi (kitab dari langit)? Dan jelas agama
Islam tidak boleh dibangun di atas teologi inklusif, bahkan harus
dibangun di atas keyakinan eksklusif bahwa hanya Islam agama yang
benar, adapun selainnya adalah salah!

Surat Al-Kafirun Tidak Ditujukan kepada Musyrikin Arab Semata

Mereka mengatakan bahwa isi surat Al-Kafirun hanya ditujukan kepada
orang-orang musyrik, bukan kepada ahlul kitab. Demikianlah yang mereka
inginkan agar bisa mengeluarkan ahlul kitab dari vonis kafir,
sementara ulama dari kalangan ahli tafsir tidak ada yang mengatakan
seperti ucapan mereka. Lalu dari mana mereka mendapatkan dalil dengan
ucapan mereka tersebut? Surat Al-Kafirun tidak membatasi bahwa
kekufuran hanya ditujukan kepada musyrikin Arab.
Bahkan Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
Firman Allah:
"Katakanlah (Ya Muhammad) wahai orang-orang kafir...", ini mencakup
seluruh orang kafir di muka bumi, walaupun sasaran pembicaraan dalam
ayat ini adalah orang-orang kafir Quraisy." (Tafsir Ibnu Katsir,
8/397)

Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah mengatakan di dalam kitab Shahih
beliau mengatakan ayat lakum dinukum adalah kekufuran dan ayat waliya
din adalah Islam (Shahih Al-Bukhari bersama penjelasannya Fathul Bari,
8/902, Darul Hadits, 1419 H).
Al-Imam Asy-Syafi'i mengatakan: "Kekufuran itu agama yang
satu." (Tafsir Ibnu Katsir, 8/398). Demikian pula pandangan Al-Imam
Ahmad, Abu Hanifah dan Dawud. (Al-Jami' li Ahkamil Qur'an, Lil Imam Al-
Qurthubi, 2/65, Darul Kutubil 'Ilmiyah, 1413 H)

Yahudi dan Nashrani Selamanya Tidak akan Ridha kepada Islam

Demikianlah makna dzahir yang ada pada ayat 120 surat Al-Baqarah.
Yahudi dan Nashrani tidak akan ridha selama-lamanya terhadap Islam.
Inilah yang Allah katakan tentang mereka tanpa ada perkecualian.

Al-Imam Ath-Thabari tberkata ketika menafsirkan ayat tersebut: "Wahai
Muhammad, orang Yahudi dan Nashrani tidak akan ridha kepadamu selama-
lamanya, karena itu tinggalkanlah upaya untuk mencari keridhaan dan
kesepakatan mereka. Sebaliknya hadapkanlah dirimu sepenuhnya untuk
mencari keridhaan Allah di dalam mendakwahi mereka kepada kebenaran
yang engkau diutus karenanya. Sesungguhnya apa yang engkau dakwahkan
tersebut, sungguh merupakan jalan menuju persatuan (ijtima') denganmu
di atas kedekatan hati dan agama yang lurus. Tidak ada jalan bagimu
untuk mencari keridhaan mereka dengan mengikuti agama mereka, karena
agama Yahudi bertentangan dengan agama Nashrani, demikian pula
sebaliknya, dan tidak mungkin kedua agama ini bisa bersatu dalam
individu manusia pada satu keadaan. Yahudi dan Nashrani tidak mungkin
bersatu untuk meridhaimu kecuali bila engkau bisa menjadi seorang
Yahudi sekaligus Nashrani, akan tetapi tidak mungkin hal ini terjadi
padamu selama-lamanya, karena engkau adalah individu yang satu dan
tidak mungkin terkumpul padamu dua agama yang saling berlawanan dalam
satu keadaan. Dengan demikian, bila tidak ada jalan yang memungkinkan
untuk mengumpulkan kedua agama itu padamu dalam satu waktu, maka tidak
ada jalan bagimu untuk mencari keridhaan kedua golongan tersebut. Bila
demikian keadaannya, maka berpeganglah engkau dengan petiunjuk Allah
yang dengannya ada jalan untuk menyatukan manusia." (Jamiul Bayan 'an
Ta'wil Ayi Al-Qur'an, Lil Imam Ath-Thabari, hal. 1/517, Darul Fikr,
1405 H).

Adapun penyimpulan bahwa ini adalah pengkhususan bagi Yahudi dan
Nashrani pada masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, perlu
mendatangkan dalil khusus dari Kitabullah dan As Sunnah yang
menyatakan hal itu. Sementara kita ketahui, Yahudi dan Nashrani pada
zaman sekarang jauh lebih jelek daripada Yahudi dan Nashrani pada
zaman Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena penyimpangan
mereka pada masa itu lebih sedikit dibandingkan pada hari ini, mereka
semakin jauh dan semakin menyimpang dari agama mereka. Lihat perubahan
dan penyimpangan yang mereka lakukan terhadap kitab mereka yang
menjadi sebab jauhnya mereka dari kebenaran dalam Mukhtashar Kitab
Idzharul Haq, oleh Al-Imam Syaikh Rahmatullah ibn Khalilir Rahman Al-
Hindi yang diringkas oleh Dr. Muhammad Al-Malkawi, diterbitkan oleh
Wazaratus Syu'unil Islamiyyah Al-Mamlakah Al-'Arabiyyah As-Su'udiyyah,
1416 H .

Disamping itu, anggapan bahwa Yahudi dan Nashrani tidak diperangi
karena mereka ahlul kitab dan yang diperangi adalah agama kekufuran
yang lain adalah jelas anggapan yang salah dan batil. Allah Subhanahu
wa Ta'ala dengan jelas menyatakan:

ÞóÇÊöáõæÇ ÇáøóÐöíúäó áÇó íõÄúãöäõæúäó ÈöÇááøóåö æóáÇó ÈöÇáúíóæúãö
ÇúáÂÎöÑö æóáÇó íõÍóÑøöãõæúäó ãóÇ ÍóÑøóãó Çááøóåõ æóÑóÓõæúáõåõ æóáÇó
íóÏöíúäõæäó Ïöíúäó ÇáúÍóÞøö ãöäó ÇáøóÐöíúäó ÃõæÊõæÇ ÇáúßöÊóÇÈó

"Perangilah orang-orang yang tidak mau beriman kepada Allah dan hari
akhir dan tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan
Rasul-Nya serta tidak beragama dengan agama yang benar, dari kalangan
ahlul kitab (Yahudi dan Nashrani)." (At-Taubah: 29)

Hilangnya Al-Wala wal Bara

Dianutnya teologi pluralis inklusif oleh sebagian orang disebabkan
tidak adanya Al-Wala dan Al-Bara pada diri mereka. Al-Wala adalah
memberikan loyalitas, kecintaan dan persahabatan, sedangkan Al-Bara
adalah lawannya yaitu menjauhi, menyelisihi, membenci dan memusuhi.
Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan rahimahullah (seorang ulama
besar terkemuka, anggota Majlis Kibarul 'Ulama, juga Komite Tetap
Kajian Ilmiah dan Pemberian Fatwa Kerajaan Saudi Arabia) berkata:
"Termasuk pokok aqidah Islamiyyah yang wajib bagi setiap muslim untuk
menganutnya adalah berwala dengan sesama muslim dan bara (memusuhi)
musuh-musuh Islam. Ia mencintai dan berloyalitas dengan orang yang
bertauhid dan mengikhlaskan agama untuk Allah dan sebaliknya membenci
dan memusuhi orang yang berbuat syirik. Yang demikian ini merupakan
millahnya (jalan) Nabi Ibrahim 'alaihissalam dan orang-orang yang
mengikuti beliau, sementara kita diperintah untuk mencontoh Nabi
Ibrahim 'alaihissalam sebagaimana Allah berfirman:

ÞóÏú ßóÇäóÊú áóßõãú ÃõÓúæóÉñ ÍóÓóäóÉñ Ýöí ÅöÈúÑóÇåöíúãó æóÇáøóÐöíúäó
ãóÚóåõ ÅöÐú ÞóÇáõæúÇ áöÞóæúãöåöãú ÅöäøóÇ ÈõÑóÂÁõ ãöäúßõãú æóãöãøóÇ
ÊóÚúÈõÏõæúäó ãöäú Ïõæúäö Çááøóåö ßóÝóÑúäóÇ Èößõãú æóÈóÏóÇ ÈóíúäóäóÇ
æóÈóíúäóßõãõ ÇáúÚóÏóÇæóÉõ æóÇáúÈóÛúÖóÇÁõ ÃóÈóÏðÇ ÍóÊøóì ÊõÄúãöäõæúÇ
ÈöÇááøóåö æóÍúÏóåõ

"Sungguh telah ada bagi kalian contoh teladan yang baik pada diri
Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya kerika mereka mengatakan
kepada kaum mereka (yang kafir musyrik): Sesungguhnya kami berlepas
diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Allah. Kami
mengingkari kalian dan telah tampak permusuhan dan kebencian antara
kami dan kalian selama-lamanya sampai kalian mau beriman kepada Allah
saja." (Al-Mumtahanah: 4)

Memiliki sikap Al-Wala dan Al-Bara merupakan agama Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

íóÇÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæúÇ áÇó ÊóÊøóÎöÐõæúÇ ÇáúíóåõæúÏó
æóÇáäøóÕóÇÑóì ÃóæúáöíóÇÁó ÈóÚúÖõåõãú ÃóæúáöíóÇÁõ ÈóÚúÖò æóãóäú
íóÊóæóáøóåõãú ãöäúßõãú ÝóÅöäøóåõ ãöäúåõãú Åöäøó Çááøóåó áÇó íóåúÏöí
ÇáúÞóæúãó ÇáÙøóÇáöãöíúäó

"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan Yahudi
dan Nashrani sebagai kekasih-kekasih (teman dekat), karena sebagian
mereka adalah kekasih bagi sebagian yang lainnya. Dan siapa diantara
kalian yang berwala dengan mereka maka ia termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
zalim." (Al-Maidah: 51)

Ayat di atas menyebutkan keharaman untuk berwala dengan ahlul kitab
secara khusus, sementara keharaman berwala dengan orang kafir secara
umum, Allah nyatakan dalam firman-Nya:
íóÇÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíúäó ÂãóäõæúÇ áÇó ÊóÊøóÎöÐõæúÇ ÚóÏõæøöíú
æóÚóÏõæøóßõãú ÃóæúáöíóÇÁó
"Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian menjadikan musuh-
musuh-Ku dan musuh kalian sebagai kekasih, penolong dan teman
dekat." (Al-Mumtahanah: 1)

Bahkan Allah mengharamkan seorang mukmin untuk berwala dengan orang-
orang kafir walaupun orang kafir itu adalah kerabatnya yang paling
dekat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

íóÇÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíúäó ÂãóäõæúÇ áÇó ÊóÊøóÎöÐõæúÇ ÂÈóÇÁóßõãú
æóÅöÎúæóÇäóßõãú ÃóæúáöíóÇÁó Åöäö ÇÓúÊóÍóÈøõæÇ ÇáúßõÝúÑó Úóáóì
ÇúáÅöíúãóÇäö æóãóäú íóÊóæóáøóåõãú ãöäúßõãú ÝóÃõæáóÆößó åõãõ
ÇáÙøóÇáöãõæúäó
"Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian menjadikan bapak-
bapak kalian dan saudara-saudara kalian sebagai kekasih apabila mereka
lebih mencintai kekufuran daripada keimanan, dan siapa diantara kalian
yang berwala kepada mereka maka mereka itu adalah orang-orang
dzalim." (At-Taubah: 23)

áÇó ÊóÌöÏõ ÞóæúãðÇ íõÄúãöäõæúäó ÈöÇááøóåö æóÇáúíóæúãö ÇúáÂÎöÑö
íõæóÇÏøõæúäó ãóäú ÍóÇÏøó Çááøóåó æóÑóÓõæúáóåõ æóáóæú ßóÇäõæúÇ
ÂÈóÇÁóåõãú Ãóæú ÃóÈúäóÇÁóåõãú Ãóæú ÅöÎúæóÇäóåõãú Ãóæú ÚóÔöíúÑóÊóåõãú

"Engkau (wahai Nabi) tidak akan mendapati orang-orang yang beriman
kepada Allah dan hari akhir saling berkasih sayang dengan orang-orang
yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya walaupun orang tersebut adalah bapak-
bapak mereka atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka atau
karib kerabat mereka." (Al-Mujadalah: 22)

Beliau melanjutkan: "Sungguh (kita dapati pada hari ini) kebanyakan
manusia jahil/bodoh terhadap pokok yang agung ini, sampai-sampai aku
mendengar dari sebagian orang yang dikatakan berilmu dan melakukan
dakwah dalam satu siaran berbahasa Arab, ia berkata tentang Nashrani
bahwa mereka adalah saudara kita. Sungguh betapa jelek dan bahayanya
kalimat ini!"
Sebagaimana Allah mengharamkan berwala dengan orang-orang kafir musuh
aqidah Islamiyyah, sebaliknya Allah mewajibkan kita untuk berwala dan
mencintai kaum mukminin. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

ÅöäøóãóÇ æóáöíøõßõãõ Çááøóåõ æóÑóÓõæúáõåõ æóÇáøóÐöíúäó ÂãóäõæúÇ
ÇáøóÐöíúäó íõÞöíúãõæúäó ÇáÕøóáÇóÉó æóíõÄúÊõæúäó ÇáÒøóßóÇÉó æóåõãú
ÑóÇßöÚõæúäó. æóãóäú íóÊóæóáøó Çááøóåó æóÑóÓõæúáóåõ æóÇáøóÐöíúäó
ÂãóäõæúÇ ÝóÅöäøó ÍöÒúÈó Çááøóåö åõãõ ÇáúÛóÇáöÈõæúäó

"Hanyalah wali (kekasih/penolong) kalian adalah Allah, Rasul-Nya dan
orang-orang yang beriman yang mereka menegakkan shalat, menunaikan
zakat dan mereka ruku kepada Allah. Barangsiapa yang berwala kepada
Allah, rasul-Nya dan orang-orang beriman maka sesungguhnya tentara
Allah itulah yang menang." (Al-Maidah: 55)

ãõÍóãøóÏñ ÑóÓõæúáõ Çááøóåö æóÇáøóÐöíúäó ãóÚóåõ ÃóÔöÏøóÇÁõ Úóáóì
ÇáúßõÝøóÇÑö ÑõÍóãóÇÁõ Èóíúäóåõãú

"Muhammad adalah Rasulullah dan orang-orang yang bersama beliau amat
keras terhadap orang -orang kafir dan saling berkasih sayang diantara
sesama mereka." (Al-Fath: 29)
ÅöäøóãóÇ ÇáúãõÄúãöäõæúäó ÅöÎúæóÉñ

"Hanyalah orang-orang mukmin itu bersaudara." (Al-Wala wal Bara fil
Islam, hal. 3-6, Darul Wathan, 1411 H)

Karena tidak adanya sikap Al-Wala dan Al-Bara yang tepat, mereka
bergaul bebas dengan kaum kafirin, para orientalis misionaris Barat
bahkan mereka bangga ketika mereka dapat menimba ilmu di negeri Barat
yang notabene kafir! (Asyiknya Belajar Islam di Barat, wawancara
bersama Luthfi Assyaukanie,www.islamlib.com, 8/3/2004). Semoga Allah
melindungi kita dan kaum muslimin secara umum dari makar yang
dilakukan oleh para thaghut kaki tangan iblis ini.

Wallahul musta'an.

Wallahu ta'ala a'lam bish-shawab.

Lalu gimana agama yg lain?
.

Leave a Reply